Bijogneo Home
Jika anda berada di lantai dasar dan ingin naik ke lantai teratas gedung yang tingginya 508 meter, dan tiba disana hanya dalam waktu kurang dari satu menit, saat ini hanya bisa terjadi di The Taipei Financial Center. Lift gedung ini mempunyai kecepatan maksimum..
FOKUS
Fiksi - Langkah
1 2 3 4 5 6 7
Indonesia kita memang unik. Ada banyak peristiwa unik yang membuat warna Indonesia melebihi pelangi. Kelebihan warna bukan menjadi lebih indah tapi justru membuat Indonesia tampak semakin gelap. Kemungkinan hanya terjadi di Indonesia dimana ada terdakwa..

Halaman

Senin, 25 April 2011

Dilemparkan dari Lantai 13

Seorang pria yang berhasil dalam karirnya tinggal dengan seorang wanita di salah satu apartemen mewah di pusat binis Jakarta. Keberhasilannya tentu saja sebagai hasil dari kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Kerja keras ini menyebabkan ia begitu sibuk dan sering berada jauh dari wanitanya.
 
Door Man apartemen itu yang telah mengenal dan memperhatikan kesibukannya, beberapa kali mencoba memberitahukan sesuatu, namun selalu urung melakukannya karena keraguan dan kemungkinan ketidak-nyamanan yang ditimbulkannya. Namun hari ini dia mengumpulkan seluruh keberaniaannya untuk menyampaikan sesuatu yang selama ini mengganjal di pikirannya.

“Selamat pagi pak..” sapanya kepada pria yang baru saja mau meninggalkan gedung apartemen itu.

“Pagi…”

“Maaf pak, kalau saya boleh berbicara sebentar…” door man itu mendekati si pria

“Ya, ada apa..?”

“Maaf kalau saya bersikap lancang..”

Pria itu memandang door man tadi sambil mengernyitkan alisnya “Hmm…?” si door man lalu nampak membisikkan sesuatu ke telinga pria itu.. dan beberapakali terdengar ia mengucapkan kata “maaf”..

“Akh tidak mungkin itu..!” kata pria itu lantang, wajahnya nampak memerah.

“Ini hari kamis, sering terlihat, saat bapak bepergian dan kembali pada hari jumat.”

Pria itu nampak menatap tajam si door man, ia berpikir sebentar, kemudian melangkah pergi meninggalkan si door man itu. Ia melangkah ke seberang jalan dan masuk ke salah satu restoran cepat saji yang langsung berhadapan dengan pintu masuk gedung apartemennya. Ia memesan dan membayar paket sarapan pagi omlet, roti panggang dan kopi panas. Ia kemudian memilih salah satu meja tepat di samping jendela kaca yang dari situ sambil menikmati sarapan paginya ia juga bisa melihat aktivitas orang-orang yang keluar masuk apartemennya. Hari ini ia memutuskan untuk membatalkan semua rencana pekerjaannya dan sengaja menghabiskan waktu duduk di meja tersebut untuk tujuan pengamatan dan pembuktian kata-kata si door man yang dibisikkan ke telinganya tadi.

Tepat sekitar jam sembilan pagi sebagaimana yang dibisikkan si door man, sebuah mobil jeep merah berhenti dan parkir di tepi jalan gedung apartemen itu. Seorang pria dengan rambut lurus gondrong sebahu seperti yang digambarkan si door man juga, turun dari mobil itu dan masuk ke apartemen. Pria itu menyapa si door man dan menyelipkan sejumlah tip. Si door man nampak mengangguk-angguk dan membiarkan pria itu masuk.

Setengah jam kemudian si pria pebisnis nampak melangkah terburu-buru meninggalkan restoran cepat saji. Ia berjalan kembali ke apartemennya. Ia melewati si door man yang mengangguk-angguk sambil menunjukkan tangannya ke atas. Pria itu juga mengangguk dan terlihat semakin mempercepat langkahnya. Dadanya berdebar-debar. Kerongkongannya terasa tersekat. Ia masuk ke dalam lift, kemudian langsung menekan tombol 13.

Sampai di lantai 13, lift berhenti. Ia keluar dan melangkah menuju pintu apartemennya. Beberapa meter sebelum pintu, ia memperlambat langkahnya. Agak mengendap-endap, ia membuka pintu dengan kunci miliknya, dan “klik” pintu terbuka.. Tidak ada tanda-tanda ada tamu atau orang-orang yang sedang ngobrol. Ia merasa penasaran. Tetapi tetap tidak percaya dengan apa yang dibisikkan si door man.
Ia melihat-lihat sebentar ruangan tamu, kemudian masih tetap mengendap-endap ia melangkah menuju pintu kamarnya. Beberapa meter dekat pintu kamar ia mendengar suara “gaduh” yang mebuat wajahnya memerah. Dadanya semakin berdebar keras. Kerongkongannya semakin tersekat, hingga ia merasa tak dapat bersuara. Ia menggedor pintu kamarnya sekuatnya “Buk..buk…buka pintunya!” suara “gaduh” dari dalam kamar itu tiba-tiba berhenti diikuti suara gerakan langkah yang terburu-buru dan beberapa gumamman yang tidak terdengar jelas.

“Buka pintunya!” ia menggedor sekali lagi. Terdengar langkah lari-lari kecil mendekati pintu. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, wanitanya berdiri di depan pintu masih tergopoh-gopoh dengan butir-butir keringat di wajahnya, beberapa kali berusaha membetulkan letak kimono yang digunakannya.

“Lho kok sudah kembali…?” ucap wanita itu dengan suara bergetar..

“Mana…, mana pria tadi?”

“Pria apa?”

Disaksikan oleh wanita itu, si pria pebisnis ini dengan emosi yang memuncak menerobos masuk mencari-cari si pria rambut panjang yang berani membuat suara “gaduh” di dalam kamarnya itu. Pertama, ia mencari di bawah kolong tempat tidur. Tidak ada apa-apa. Ia lalu membuka lemari pakaian. Meraba-raba dengan tangannya, ke atas, bawah dan sudut-sudut lemari. Tidak ada juga. Ia lalu masuk ke kamar mandi, melihat-lihat sebentar. Tidak ada juga. Dimana? Kok tidak ada? begitu pikirnya. Ia lalu melangkah mendekati jendela, mengeluarkan kepalanya lalu melihat-lihat sebentar..tiba-tiba ia nampak terkejut sekali, dan emosinya benar-benar memuncak pada tingkat yang tak terkendalikan. “Itu dia rupanya!” gumamnya setelah melihat seorang pria berambut panjang yang sedang berada di kolam renang persis di bawah jendela apartemennya.
Ia lalu menarik lemari es yang tepat berdiri disamping jendela, dengan sekuat tenaga mendorong dan melemparkannya keluar jendela. Beberapa saat kemudian terlihat lemari es terbang dari lantai atas apartemen dan..”BUM” jatuh menimpa dan menewaskan seorang pria yang sedang berada di kolam renang itu.

Si wanita yang pada saat kejadian berdiri dan menyaksikan dari sisi jendela, langsung shock, tubuhnya lunglai dan jatuh terkena serangan jantung yang langsung menewaskannya. Sesaat, pria itu lalu terlihat bingung. Selanjutnya, ia tersadar dan segera menggendong wanita tadi melangkah dengan terburu-buru menuju lift bermaksud membawa wanita itu ke rumah-sakit. Sesampainya di bawah ia langsung menuju ke mobilnya dan menancap gas mengendarai dengan terburu-buru. Perasaannya yang gundah serta sikapnya yang terburu-buru itu membuat ia kehilangan kontrol atas kendaraannya, hingga di satu tingkungan tajam terjadilah kecelakaan yang tragis, kendaraannya menabrak beton jembatan dan langsung merengut nyawanya.

Di hari yang sama Malaikat menanyai empat roh manusia.
Pertama Malaikat menanyai seorang pria. “Kamu kenapa meninggal?”

“Saya kecelakaan, kendaraan saya menabrak beton”

Malaikat melihat ke satu-satunya wanita dari ke empat roh itu. “Kamu kenapa meninggal?”

“Saya kena serangan jantung ketika melihat seorang pria tertimpa lemari es”

Malaikat lalu melihat ke roh seorang pria di sebelah wanita tadi. “Kamu kenapa meninggal?”
Roh pria itu memperlihatkan ekspresi wajah rasa tidak percaya lalu berkata: “Iya Kat, saya itu binggung juga, saya itu lagi enak-enak berenang kok tiba-tiba lemari es jatuh di kepala saya!”
Malaikat menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil melihat ke roh pria yang terkahir “Lha kamu kenapa meninggal?”

“Maaf Kat…, saya yang di dalam lemari es itu…” jawabnya pelan sambil menunduk menghindar menatap roh pria yang pertama

“Apa…?!”

Rabu, 13 April 2011

Otak Belum Dipasang

Sehabis tragedi Century ternyata banyak anggota Parlimen yang masuk rumah sakit. Begitu kronisnya, sehingga sebagian besar harus menjalani operasi otak. Sebagian dari mereka yang telah berhasil menjalani operasi otak boleh pulang dan masuk kembali bekerja ke gedung parlimen dengan catatan dalam dua minggu harus kembali lagi ke rumah sakit untuk operasi lanjutan.

Mereka yang telah dioperasi ini kembali bekerja dengan ide-ide baru yang tergolong luar dari biasanya. Diantaranya adalah ide agar setiap anggota parlimen dialokasikan dana aspirasi sebesar 15 milyar  per tahun.

Setelah ide ini dicetuskan tentu saja mendapatkan sambutan yang positif dari teman-temannya termasuk yang sudah dioperasi dan sebagian besar lain yang tidak perlu dioperasi. Namun ide ini tentu saja menjadi polemik di masyarakat.

Salah satu anggota yang paling bersemangat mencetuskan ide ini, secara diam-diam berjalan mondar-mandir dari satu mal ke mal yang lain untuk mengintip atau menguping pembicaraan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dengan bangganya dia mencoba menguping pembicaraan itu, sambil tertawa-tawa kecil di tengah-tengah kelompok kecil masyarakat. Namun tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

“Hai! kamu anggota parlimen yang dua bulan lalu menjalani operasi otak itu kan?” tanya pria itu.
“Oh maaf saya tidak ingat, anda siapa?” tanya anggota parlimen itu
“Saya dokter yang mengoperasi otak kamu.”
“Oo.. ya?” jawabnya
“Eh saya dengar kamu salah satu dari pencetus ide untuk dana 15 milyar  itu ya?”
“Oh iya.. iya.. iya” jawab anggota parlimen itu dengan bangga.
“Eh.. kamu ini gimana sih? saya ini sudah lama menungu-nunggu kamu di rumah sakit, kok kamu tidak datang juga, ini sudah dua bulan lho!”
“Lho memang kenapa dokter?”
“Lha itu otak kamu masih di rumah sakit, belum saya pasang!”